Ganja – Taksonomi, Morfologi, Asal, Faedah Medis & Efek Samping
Ganja atau yang diketahui dengan sebutan mariyuana merupakan flora dengan nama latin Cannabis sativa. Tanaman ini mengandung lebih dari 100 bahan kimia yang berlawanan-beda dan disebut dengan cannabinoid. Setiap zat tersebut dimengerti memiliki imbas yang berlawanan-beda pada tubuh.
Ganja mengandung beberapa zat kimia utama yang sering dipakai dalam pengobatan, ialah Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabinoid (CBD). Nah, senyawa THC inilah yang menjadi penyebab para pengonsumsi ganja merasa mabuk, rileks atau fly.
Sebenarnya, senyawa cannabinoid juga diproduksi secara alami oleh tubuh untuk mengatur gerak, nafsu makan, fokus, sensasi pada indra, hingga rasa sakit. Namun, senyawa yang juga terdapat pada ganja ini sungguh besar lengan berkuasa sehingga mampu menimbulkan bermacam-macam efek kesehatan serius bila disalahgunakan.
Mengenal Tanaman Ganja
Secara lazim cannabis terdiri dari tiga bentuk, adalah mariyuana, hasyis, dan minyak hasyis. Mariyuana ialah daun dan bunga kering dari tumbuhan cannabis yang menjadikan efek paling ringan di antara ketiga bentuk tersebut.
Sementara hasyis bisa membentuk lapisan minyak kental pada bab bunga atas yang diambil. Minyak tersebut dapat dicetak selaku bentuk gumpalan dari kepekatan THC. Dengan kata lain, hasyis merupakan hasil penyulingan cannabis dan mengakibatkan efek paling berpengaruh.
Biasanya mariyuana dihisap dalam bentuk rokok yang digulung dengan tangan atau memakai pipa khusus. Untuk hasyis atau minyak hasyis yang teksturnya lebih pekat, terkadang dihisap dengan derma rokok biasa atau dimasukkan ke dalam materi makanan, mirip kudapan manis atau biskuit.
Tanaman ganja mempunyai bermacam-macam kombinasi yang tidak hanya bergantung pada jenis tanah dan iklim tumbuhnya, namun juga berdasarkan sifat-sifat genetiknya. Tumbuhan penghasil serat dan biji ini banyak didapatkan di daerah beriklim sedang dan diketahui selaku tumbuhan penghasil obat narkotik paling terkenal.
Ganja merupakan tumbuhan berumah dua, cannabis jantan mampu menghasilkan serat yang lebih baik dibanding cannabis betina. Namun, cannabis betina menghasilkan biji lebih banyak dimanfaatkan untuk pengerjaan minyak lampu, sabun, cat, hingga pakan burung. Sedangkan seratnya dimanfaatkan untuk membuat kain berangasan dan juga tali.
Meski tumbuhan ini mengandung resin, namun kadar resinnya tidak terlampau tinggi sehingga budidayanya tidak tidak boleh di sejumlah negara.
Untuk flora ganja penghasil narkotik, ukurannya cenderung lebih kecil. Daerah penyebarannya berada di sekitar daerah subtropis dan tropis.
Tanaman ini juga menghasilkan serat, meski mutunya tidak terlampau baik. Hampir semua bab tanaman mampu menghasilkan resin. Kadar resin paling tinggi terdapat pada daun pelindung yang membungkus bunga betina.
Daun dan bunga pada ganja betina ini mengandung kadar resin cukup tinggi, namun masih tergolong lebih rendah jikalau daripada daun di bab pelindungnya. Banyak negara yang melarang penanaman ganja jenis ini. Sebab, penyalahgunaannya mampu menciptakan efek buruk pada fisik dan psikis pemakainya.
Taksonomi Ganja
Beriktu yaitu taksonomi atau penjabaran tumbuhan ganja, ialah:
Kingdom | Plantae |
Division | Magnoliophyta |
Class | Magnoliopsida |
Order | Rosales |
Family | Cannabaceae |
Genus | Cannabis |
Spesies | C. Sativa |
Morfologi Ganja
Ganja termasuk jenis flora perdu dengan morfologi selaku berikut:
1. Batang
Tanaman ganja juga diketahui selaku tanaman semusim yang bisa tumbuh meraih dua meter dengan batang bercabang-cabang. Ganja juga sering disebut selaku tumbuhan penghasil narkotik yang sungguh populer di dunia.
2. Daun
Ganja mempunyai daun majemuk menjari atau membuatkan. Daun ini mempunyai tangkai dan jumlah helai daun yang senantiasa dalam bilangan ganjil, antara 5-9 helai. Setiap helai daun pada bab pinggir berupa bergerigi dengan ujung lancip.
Daun ganja memiliki huruf lengket dan berminyak. Di dalamnya terkandung zat yang dianggap sebagai hallucinogenio substance atau zat penyebab faktor terjadinya halusinasi jika disalahgunakan.
3. Bunga
Umumnya, tanaman ganja mulai berbunga pada umur 6 bulan. Ukuran bunga jantan dan betina pada tumbuhan ini berlainan-beda. Biasanya bunga jantan mempunyai ukuran lebih kecil yang tersusun dalam tandan.
4. Buah
Tumbuhan ganja menghasilkan buah berbiji tunggal berwarna hitam kecokelatan. Buah ini berupa lingkaran mengkilat, tetapi sedikit pipih dan mengandung minyak.
5. Akar
Cannabis sativa atau ganja mempunyai sistem akar tunggang berwarna agak kecokelatan.
Asal Tanaman Ganja
Ganja ialah salah satu tumbuhan yang sering dipakai selaku tanaman obat dan psikotropika. Tanaman ini diperkirakan pertama kali berevolusi di Asia Tengah, tepatnya di Dataran Tinggi Tibet. Anggapan ini menurut hasil analisis para ilmuwan terhadap fosil serbuk sari yang didapatkan dalam beberapa observasi.
Meski begitu, para ahli masih belum mampu mengungkap lokasi persisnya. Pasalnya, tidak ada cukup bukti yang mempunyai korelasi dengan ganja antik dalam rekam jejak fosil yang ditemukan.
Namun, mereka mengakui adanya sejumlah fosil serbuk sari yang mewakili genus cannabis tersebut. Evaluasi kepada fosil serbuk sari di Asia ini disatukan bareng serbuk sari cannabis dengan tanaman yang terkait dalam genus humulus.
Para peneliti memisahkan serbuk sari cannabis dan humulus dari 155 studi, serta memetakannya ke wilayah di seluruh Asia dalam penelitian gres. Tujuannya untuk memperjelas di mana dan kapan pertama kali ganja timbul.
Meski ada banyak literatur yang muncul dalam tiga dekade terakhir, pembagian terstruktur mengenai ganja dan pusat asalnya masih jadi bahan perdebatan para andal serta peneliti medis. Mereka bahkan mendapatkan fakta, bahwa fosil serbuk sari cannabis ini menempatkan genu-nya di barat bahari China yang berasal dari sekitar 19,6 juta tahun lalu.
Namun, cannabis menyimpang dari humulus sekitar 28 juta tahun kemudian yang memberikan bahwa ganja bisa saja berasal dari daerah lain.
Meskipun para mahir dan peneliti ini tidak menemukan serbuk sari cannabis yang berasal dari 28 juta tahun kemudian, mereka justru mendapati serbuk sari berumur serupa dari Artemisia. Ini ialah genus lain dari flora gulma yang tumbuh melimpah sempurna di samping cannabis pada jutaan tahun selanjutnya.
Bukti permulaan kedatangan artemisia ada di daerah Dataran Tinggi Tibet, di akrab Danau Qinghai. Lokasinya berada sekitar 10.700 kaki atau 3260 meter di atas permukaan maritim. Dengan menggunakan tata cara statistik, penulis studi temuan tersebut memperkirakan bahwa sejak tumbuhnya flora di lokasi ini ada kemungkinan cannabis juga hadir di ekosistem yang serupa.
Dari Dataran Tinggi Tibet, ganja kesudahannya meraih Eropa di sekitar 6 juta tahun kemudian. Kemudian, menyebar sampai China Timur pada 1,2 juta tahun kemudian. Para ilmuwan menyatakan, temuan ini telah dipublikasikan secara online pada 14 Mei kemudian dalam suatu jurnal berjudul Vegetation History and Archaeobotany.
Manfaat Ganja di Bidang Medis
Salah satu manfaat ganja secara medis yaitu mampu dijadikan obat kalau diolah dengan sempurna. Sejumlah ahli bahkan pernah meneliti dan mengolah mariyuana untuk sengaja dipakai secara medis. Bahkan, tidak sedikit hebat medis yang menganjurkan beberapa jenis mariyuana kepada para pasiennya, dan kesannya mengagetkan!
Ketika pasien diberi mariyuana dalam dosis tertentu, pasien yang divonis mempunyai riwayat penyakit kronis mengalami perbaikan kondisi dibandingkan sebelumnya. Di samping itu, pasien dengan multiple sclerosis juga mengalami kejang otot lebih minim. Selain itu, pasien dengan peradangan usus parah memberikan kondisi membaik dan mulai makan mirip biasa.
Penelitian ini cukup akurat dan pada akibatnya menyertakan daftar panjang sejarah mengenai manfaat ganja selaku obat terapeutik. Namun sayangnya, ganja termasuk sebagai produk ilegal sehingga sulit untuk dijalankan observasi lebih lanjut perihal efektivitasnya dalam bidang kesehatan.
Meski demikian, ganja memiliki sejumlah manfaat lain bagi kesehatan yang mungkin jarang dikenali oleh banyak orang. Di balik pikiran jelek sebagian besar orang wacana mariyuana, ternyata ada juga sisi positifnya jikalau dimanfaatkan dengan cara yang benar.
Lantas, apa saja faedah tersebut?
1. Meningkatkan Kapasitas Paru
Dalam studi yang dipublikasikan dalam suatu jurnal berjudul Journal of the American Medical Association pada Januari 2012 kemudian, disebutkan bahwa ganja tidak merusak fungsi paru-paru.
Bahkan yang lebih mencengangkan, flora ini justru mampu meningkatkan kapasitas paru-paru. Kapasitas paru merupakan kemampuan dalam memuat udara dikala bernapas.
Dalam observasi tersebut, para peneliti memakai sampel dari 5.115 orang akil balig cukup akal muda yang berumur sekitar 20 tahun. Sejumlah perokok tembakau dikenali kehilangan fungsi paru-parunya sepanjang waktu tersebut. Namun, hal ini tidak terjadi pada pengguna ganja yang justru menunjukkan peningkatan kapasitas pada paru-parunya.
Hal ini terkait dengan cara penggunaan mariyuana yang biasanya diisap dalam-dalam. Karena alasan itulah, para peneliti menyimpulkan hal ini mampu saja menjadi semacam latihan untuk paru. Namun paparan jangka panjang dari asap mariyuana dengan takaran tinggi secara perlahan akan menghancurkan paru-paru.
2. Mematikan Sel Kanker
Ganja mengandung senyawa cannabidiol yang mampu menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan mematikan gen yang disebut Id-1. Hal ini dibuktikan oleh sebuah studi yang dikerjakan sejumlah peneliti dari California Pacific Medical Center di San Fransisco, Amerika Serikat pada tahun 2007. Bahkan di beberapa kasus tertentu, ganja dipercaya bisa mematikan sel kanker lainnya.
Di samping itu, bukti lain menunjukkan bahwa ganja juga dapat menolong melawan rasa mual dan muntah balasan imbas samping dari kemoterapi. Akan namun meski banyak penelitian yang menunjukkan keamanannya, tumbuhan ini tetap tidak efektif dalam mengatur atau bahkan menyembuhkan kanker.
3. Mengurangi Rasa Nyeri
Sebuah observasi lain dari National Academies of Sciences, Engineering, and Medicines menyatakan bahwa dalam dunia medis ganja sering digunakan untuk menanggulangi rasa sakit kronis. Hal ini disebabkan alasannya ganja mengandung cannabinoid yang bisa menghilangkan rasa nyeri.
Mengutip dari laman Harvard Health Publishing, mariyuana juga mampu merenggangkan rasa sakit balasan nyeri saraf serta sindrom iritasi usus. Selain itu, tumbuhan ini juga banyak dipakai untuk penyakit yang menimbulkan rasa nyeri kronis, mirip endometriosis dan fibromyalgia.
4. Mengatasi Gangguan Jiwa
Penelitian lain yang diterbitkan oleh Clinical Psychology Review menunjukan bahwa mariyuana mampu menolong menangani dilema kesehatan jiwa tertentu. Para peneliti juga menemukan bukti lain, jika flora ini mampu menghilangkan frustasi dan gejala gangguan stres pasca stress berat.
Walau demikian, mariyuana bukanlah jenis obat yang tepat untuk masalah kesehatan jiwa, seperti psikosis dan gangguan bipolar. Sebab flora ini justru akan memperparah gejala gangguan bipolar tersebut.
Efek Samping Penggunaan Ganja
Seperti obat kebanyakan, ganja yang dipakai dalam dunia kesehatan juga bisa menimbulkan berbagai risiko efek samping, antara lain:
- Pusing
- Mata merah
- Detak jantung meningkat
- Tekanan darah rendah
- Halusinasi
- Depresi
Tak hanya itu, obat yang mengandung ganja akan memengaruhi gerak dan kerjasama tubuh. The National Institute on Drug Abuse pun sempat menyatakan, ganja akan membuat penggunanya ketagihan dan meningkatkan keinginan untuk menggunakan berbagai jenis obat lainnya.
Oleh alasannya adalah itu, sejumlah dokter akan sangat berhati-hati saat mesti memberikan obat berbahan ganja biar tubuh penerimanya tidak menanggapinya dengan efek ketergantungan yang parah. Bisa jadi, hal ini yang kemudian melatarbelakangi argumentasi mengapa hingga detik ini cimeng tidak dilegalkan di Indonesia.
Penyalahgunaan Ganja
Tak sekadar berguna dalam dunia medis, mariyuana yang juga dikenal dengan nama cimeng ini juga dapat mengakibatkan banyak persoalan kesehatan, terlebih kalau dipakai asal pilih tanpa izin dan pengawasan dokter.
Berikut ini beberapa pengaruh negatif ganja pada badan, ialah:
1. Dampak Pada Sistem Kerja Otak
Mariyuana mengandung materi aktif Delta-9 tetrahydrocannabinol atau THC yang melakukan pekerjaan pada reseptor kanabinoid sel-sel saraf. Senyawa ini kuat terhadap acara sel-sel tersebut. Beberapa area otak mempunyai banyak reseptor cannabinoid, namun area otak lainnya cuma memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali.
Sebagian reseptor kanabinoid didapatkan pada bagian otak yang bertugas mengendalikan daya ingat, asumsi, konsentrasi, kesenangan, kerjasama gerak, dan persepsi indra.
Saat dimakan dalam takaran tinggi, maka penggunanya akan mengalami banyak sekali tanda-tanda, mulai dari delusi, halusinasi, kerusakan daya ingat, dan disorientasi. Hal ini disebabkan alasannya reseptor kanabinoid melakukan pekerjaan terlalu aktif.
2. Dampak Buruk Pada Jantung
Ganja terbukti dapat menimbulkan detak jantung meningkat 20-50 kali lebih banyak dalam setiap menitnya. Bahkan imbas yang ditimbulkan mampu semakin parah dikala menggunakannya berbarengan dengan obat-obatan jenis lain.
Saat tekanan darah dan detak jantung meningkat tajam, maka timbul risiko empat kali lebih tinggi terkena serangan jantung. Hal ini sangat mungkin terjadi dalam satu jam pertama sesudah menghisap rokok ganja.
3. Dampak Buruk Pada Tulang
Berdasarkan fakta yang ditunjukkan dari sejumlah penelitian, orang yang merokok ganja dalam jumlah besar memiliki kepadatan tulang yang jauh lebih rendah. Hal ini mengakibatkan orang tersebut jadi lebih rentang mengalami patah tulang sampai osteoporosis di lalu hari.
Di samping itu, observasi yang dijalankan oleh University of Edinburgh, Inggris menemukan fakta bahwa pengguna ganja turut mengalami penurunan indeks massa tubuh. Tentu saja hal ini memengaruhi kepadatan tulang bahkan condong menghilang sehingga mempertajam risiko osteoporosis.
4. Dampak Buruk Pada Paru-paru
Ganja yang dimakan dengan cara dibakar layaknya rokok akan menjadikan hadirnya sensasi terbakar dan menyengat di lisan serta tenggorokan. Selain itu, para mahir menemukan fakta bahwa perokok ganja berisiko mengalami sejumlah problem pernapasan yang serupa dengan perokok tembakau.
Masalah pernapasan yang kerap dialami oleh perokok ganja diantaranya batuk berkepanjangan, penyakit dada akut, peningkatan risiko jerawat paru-paru dan produksi dahak.
Meski sebagian besar perokok ganja tidak mengonsumsi flora ini sebanyak perokok tembakau, tetapi efek negatif yang dihasilkan tetap tak boleh diabaikan. Hal ini dikarenakan ganja mengandung lebih banyak hidrokarbon karsinogenik dibanding asap tembakau.
Tidak berhenti sampai disitu, para perokok ganja condong menghirup lebih dalam dan sengaja menahannya di paru-paru. Perilaku ini menyebabkan risiko munculnya penyakit paru lebih tinggi.
Meski mempunyai sejumlah faedah medis yang sudah diakui, ganja juga mampu mengakibatkan efek negatif bila disantap sembarangan. Oleh sebab itu, apabila ada obat lain yang mungkin lebih kondusif, efektif, dan legal, maka kita harus menghindari tumbuhan ini. Sebab, di Indonesia pemakaian ganja meskipun untuk kebutuhan medis masih dianggap ilegal.
0 Response to "Ganja – Taksonomi, Morfologi, Asal, Faedah Medis & Efek Samping"
Post a Comment