Pohon Sagu – Taksonomi, Morfologi, Manfaat & Budidaya


Pohon sagu adalah salah satu jenis flora yang menjadi bahan masakan utama sebagian penduduk Indonesia, terutama masyarakat Indonesia timur.









Sagu dijadikan makanan pokok alasannya mengandung karbohidrat tinggi. Selain itu, pada tanaman sagu terkandung banyak zat yang bagus untuk tubuh serta memiliki manfaat lain yang dapat diambil dari bagian-bagian pohonnya.






Taksonomi Pohon Sagu





Tumbuhan yang lekat dengan kehidupan masyarakat Papua ini memiliki klasifikasi ilmiah selaku berikut:





KingdomPlantae
DivisiSpermatophyta
KlasMonocotyledoneae
OrdoArecales
FamilyArecaceae
GenusMetroxylon
SpeciesMetroxylon sagu




Morfologi Pohon Sagu





Pohon yang juga diketahui dengan sebutan rumbia ini memiliki ciri dan karakterstik sebagai berikut:





pohon sagu




1. Batang





Morfologi pertama dari pohon sagu yang akan kita diskusikan adalah bentuk batangnya. Sagu umumnya tumbuh setinggi 10 sampai 15 meter. Batangnya berbentuk silinder yang merupakan komponen paling penting dari tanaman ini. Sebab pada bagian batang inilah karbohidrat dan banyak sekali cadangan masakan tersimpan.





2. Akar





Meskipun besar dan tinggi menjulang, pohon sagu memiliki akar berjenis serabut. Meski begitu, akarnya sangat kuat alasannya berkembang menjalar dan menebal seiring berkembangnya pohon.





3. Daun





Pohon sagu mempunyai daun berupa memanjang dan agak melebar disertai dengan tekstur khusus. Meski sekilas seperti daun kelapa, namun pada kenyataannya flora sagu dan kelapa berasal dari famili berlawanan.





Pohon sagu lazimnya memiliki sekitar 18 tangkai daun dengan panjang kurang lebih sekitar 6 hingga 7 meter. Selain itu, tangkai di setiap 50 pasang daun ukurannya cukup bermacam-macam, panjangnya antara 60 hingga 180 cm serta lebar 5 cm.





Tanaman sagu mempunyai daun yang sama dengan daun kelapa atau daun pinang jikalau dilihat dari kejauhan. Pelepah daunnya tersusun berlapis-lapis yang ketika dewasa nanti akan menempel sendiri dan melekat pada ruas batangnya.





4. Bunga





Bunga pohon sagu tergolong bunga majemuk dan umumnya timbul dari ujung batang sagu. Bunga tanaman ini warnanya sungguh indah, adalah merah kecokelatan. Bunganya tersusun dari banyak cabang dengan sepasang bunga jantan dan betina.





Umumnya, pohon sagu berbunga dikala berusia 10 hingga 15 tahun tergantung dari jenisnya. Setelah berbunga, pohon ini akan kering dan mati.





5. Buah





Sagu juga menciptakan buah yang mau timbul sehabis menginjak usia 2 tahun. Buah dengan tekstur bersisik ini berupa lingkaran dengan warna cokelat kekuningan.





Budidaya Pohon Sagu





Tanaman sagu yang paling banyak ditanam dan dibudidayakan oleh penduduk Indonesia adalah jenis Metroxylon spp. Jenis ini lebih banyak didapatkan di kawasan Riau dan Maluku.





tumbuhan sagu




Budidaya tumbuhan sagu memerlukan teknik dan cara khusus agar dapat sukses. Sebab tanaman ini mempunyai siklus pertumbuhan yang cenderung berlawanan dengan flora lain.





Umumnya, sagu ditanam di kawasan tanaman di kawasan rawa basah tawar atau sekitar sungai. Dengan ekosistem tersebut, tak heran jika flora ini termasuk tanaman yang membutuhkan konsumsi banyak air.





Sagu juga akan lebih tumbuh maksimal berkembang pada tanah dengan kandungan organik cukup tinggi. Kandungan organik pada tanah ini umumnya terkait dengan bagian kalsium, fosfat, potasium, dan magnesium.





1. Pengadaan Bibit Sagu





Ada dua tata cara penanaman sagu yang bisa diaplikasikan. Pertama yakni tata cara generatif. Metode ini juga sering disebut dengan budidaya melalui biji. Sementara yang kedua ialah tata cara vegetatif. Artinya, budidaya memakai anakan yang melekat pada pangkal batang induk.





Syarat bibit yang dipakai pada metode generatif yakni biji yang berasal dari buah yang sudah renta. Sebaiknya, buah tersebut diambil dari pohon induk dengan ukuran yang tidak terlampau besar atau kecil, bertunas, dan sehat.





Untuk pembibitan sistem vegetatif, bibit pohon diambil dari tunas yang umurnya tidak sampai 1 tahun. Ukuran diameternya sekitar 13 cm dengan tinggi kurang lebih 1 meter.





2. Penyemaian dan Pembibitan





Sama mirip proses pembibitannya, proses penyemaian pohon sagu juga menggunakan dua metode. Namun yang hendak kita bahas kali ini yaitu metode generatif yang umum dipraktekkan.





Pada penyemaian sistem generatif, kita perlu menyiapkan wadah berskala tinggi 40 cm dengan panjang kurang dari 2 m dan lebar 1,5 cm. Isi wadah tersebut dengan campuran pasir dan serbuk gergaji hingga sepertiga bab.





Usahakan jarak penyemaian antar bibit semai sekitar 10 x 10 atau 15 x 15 cm. Apabila bibit sagu telah muncul daun berjumlah 3 helai dengan rentang usia 1-2 bulan, maka bibit flora yang disemai telah bisa kita pindahkan ke bedengan pembibitan.





3. Persiapan dan Pengolahan Media Tanam





Disarankan unutk mempersiapkan lahan atau media tanam di permulaan-permulaan musim hujan. Oleh karena itu, proses pengolahan lahan mesti dijalankan sebelum proses penanaman dikerjakan.





Langkah pertama yang perlu kita kerjakan adalah membersihkan lahan tanam dari flora lain. Setiap tanaman yang tumbuh mengganggu di lahan tersebut harus secepatnya dikesampingkan supaya tidak menyerap nutrisi yang diperlukan oleh tumbuhan sagu.





Selanjutnya buat bedengan flora yang dilaksanakan dengan cara pengerjaan blok. Ukuran blok ini umumnya sekitar 400 x 400 meter. Tepat di bab tengahnya akan dibentuk 3 macam terusan, ialah susukan utama, kanal sekunder, dan susukan tersier.





Sistem susukan ini bantu-membantu ditujukan untuk infrastruktur tata cara budidaya sagu. Apalagi biasanya kebun sagu berupa kawasan berawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air bahari. Selain itu, kita juga tidak boleh lupa untuk menciptakan tata cara drainase dengan lebar sekitar 1 meter.





4. Penanaman Sagu





Setelah menyiapkan lahan media tanam, maka langkah selanjutnya yakni proses menanam bibit sagu. Proses menanam dengan sistem blok memerlukan jarak tanam antara 8 sampai 10 meter. Perlu dimengerti, setiap jenis sagu memiliki jarak tanam yang berbeda-beda sesuai jenisnya.





Sangat disarankan untuk membuat lubang tanam pada 1 ahad sebelum proses menanam berskala 30 x 30 x 30 cm. Tanah hasil galian bagian atas harus dipisahkan dengan tanah bagian bawah, kemudian biarkan selama beberapa hari.





Penanaman dilakukan dengan cara membenamkan dangkel pada lubang tanam. Tanaman harus diberi penyangga atau yang diketahui dengan sebutan sampiang. Penyangga ini diletakkan secara menyilang di bagian depan batang flora.





Perlu dikenali kalau tanaman sagu yang gres ditanam sangat mengandalkan pasokan air. Oleh sebab itu, jangan lupa untuk mengamati pasokan air di sekitar lokasi tanam. Usahakan penanaman dilaksanakan di awal kala demam isu penghujan sehingga dilema ketersediaan air lebih gampang tertuntaskan.





5. Pemeliharaan Tanaman Sagu





Dalam setiap budidaya tanaman apapun akan menjalani tahapan perawatan untuk mempertahankan mutu flora, adalah tahap pemeliharaan tanaman. Pada tumbuhan sagu, langkah pemeliharaan yang dijalankan tidak terlampau berlainan dengan tanaman lain. Umumnya, langkah pemeliharaan ini berisikan pengendalian gulma, hama serta penyakit.





6. Proses Panen





Usia paling tepat untuk memanen sagu ketika berusia 7 tahun yang ditandai dengan pembengkakan pada batang serta pelepah daun sagu yang memutih. Proses memanen ini dimulai dengan membersihkan jalan untuk masuk ke rumpun tumbuhan sekaligus untuk membersihkan batang yang diiris.





Pemotongan ini dijalankan sedekat mungkin dengan bagian semoga menggunakan perlindungan mesin pemotong, lalu bersihkan batang dari pelepah sampai menyisihkan gelondongan batangan sagu berukuran 6 hingga 15 m. Sebaiknya potong gelondongan tersebut dengan ukuran masing-masing 1 hingga 2 m biar lebih mudah dalam proses pengangkutannya.


0 Response to "Pohon Sagu – Taksonomi, Morfologi, Manfaat & Budidaya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel